See My Another Photos In Instagram

Penjelajahan Dunia Bawah Air Bali ( Gugusan Karang Pulau Menjangan) Part 3 Tamat

Snorkeling Pulau Menjangan

Saya lupa bahwa ini adalah kali pertama saya berenang di laut, saya juga lupa bahwa saya belum memiliki pengalaman menggunakan alat snorkel sebelumnya. Seketika dasar laut yang sebelumnya terlihat dangkal berubah menjadi sangat dalam. Panik adalah respon pertama yang terjadi saat itu, untunglah Pak To dengan sigap melemparkan ban pelampung.

Setelah cukup membiasakan diri dan didorong oleh suara tertawa mengejek dari atas perahu, saya sekali lagi mencoba untuk menikmati karang dengan masih berpegangan pada pelampung.

      "Sebenarnya di laut lebih gampang mengambang daripada di kolam mas, lepas saja pelampungnya....dinikmati saja.." teriak Pak To sambil memasang fins di kakinya.

Melihat beberapa teman yang sudah mulai berkeliling saya pun terpacu untuk mengikuti jejak mereka. Pak To tiba-tiba saja sudah berada di samping saya, merasa ada orang yang siap menyelamatkan jika terjadi hal tidak diinginkan saya pun nekat melepas pelampung. Asal bisa mengatur nafas tenggelam bukanlah ancaman lagi.

Ikan

Dengan isyarat tangan guide kami mengarahkan rombongan menuju gugusan karang yang menjadi habitat ikan-ikan seperti anemon, ikan nuri, butterfly fish bahkan dari kejauhan terlihat seekor barakuda sedang berpatroli di teritorinya. Sejenak sempat terbayang bagaimana bila kami dianggap mengganggu kawasan barakuda tersebut. Dengan kemampuan berenang yang ala kadarnya tentu saya adalah sasaran empuk bagi gigi-gigi silet ikan yang memiliki nama latin Sphyraena. 

Seperti yang saya duga sebelumnya, bahwa makan sebelum berenang adalah tindakan yang kurang bijak. Lala- salah satu teman satu rombongan saat itu memutuskan untuk kembali ke perahu setelah hanya 15 menit berada di bawah air. Rasa mual yang dia rasakan sejak berangkat dengan speed boat tadi akhirnya mengalahkan rasa penasarannya pada koral-koral yang tumbuh subur di bawahnya.

Lala - Kalah sebelum berperang :D
Jika sebelumnya mengambang adalah masalah, maka menyelam adalah musibah bagi saya. Tidak semudah yang terlihat ternyata. Selain usaha yang lebih keras untuk turun lebih dalam, telinga yang belum terbiasa dengan tekanan air terasa sedikit ngilu. Disinilah keuntungan jika kita memiliki guide yang berpengalaman. Melihat saya kesulitan saat mencoba menyelam Pak To memegan punggung saya dan mendorongnya menuju bawah. Sebelum badan saya kembali ke permukaan layaknya balon udara yang dipaksa masuk ke dalam air, Pak To segera mengambil foto-foto yang menempatkan saya sebagai modelnya.

Snorkeling Pulau Menjangan
"Ditenggelamkan" lalu difoto

Setidaknya dua jam sudah saya menghabiskan waktu di bawah air. Tiga titik snorkeling pun sudah habis saya jelajahi. Sayangnya kami tidak berkesempatan untuk naik ke pulau Menjangan, selain karena badan sudah terkuras, air laut yang sedang surut tidak memungkinkan perahu untuk bersandar. Karena itulah pilihan untuk kembali ke Banyuwedang terdengar sebagai pilihan terbaik saat itu.

Sore harinya saya dan rombongan meninggalkan Banyuwedang setelah tertidur di bale-bale selama kurang lebih 3 jam. Beruntung kami menemukan tumpangan gratis menuju Pelabuhan Gilimanuk, sekali lagi kami berhasil mengurangi sedikit biaya perjalanan.

Gaya pejalan backpacker memang penuh tantangan dan menyiksa bagi beberapa orang. Akan tetapi banyak pelajaran yang saya dapatkan dalam perjalanan ini. Dengan menjadi seorang backpacker saya berhasil melatih cara menundukan kepala dan lebih menghormati orang lain. Seperti yang sering di ucapkan Gus Dur, saya akhirnya mengerti apa itu memanusiakan manusia. Backpacker-an tidak hanya tentang menekan biaya tapi juga menikmati perjalanannya yang pasti lebih seru daripada destinasinya sendiri. TAMAT

BACA JUGA:  Part I     Part II    Total Biaya

0 komentar:

Post a Comment