See My Another Photos In Instagram

Penjelajahan Dunia Bawah Air Bali ( Gugusan Karang Pulau Menjangan) Part 2

backpacker bali


Saya terbangun ketika mendengar suara gesekan cakram dengan kampas rem yang diikuti oleh teriakan khas sopir angkot. Kami sudah sampai di gerbang pelabuhan Banyuwedang, meskipun sebenarnya tidak ada gerbang disini, hanya sebuah tugu bertuliskan ucapan selamat datang. Diseberang jalan sudah menunggu Mas Dayat guide kami dan seorang temannya. Letak pelabuhan memang tidak tepat di samping jalan raya, kami masih harus berkendara dengan sepeda motor beberapa ratus meter untuk menuju dermaga.

Pelabuhan Banyuwedang tidak seperti yang sebelumnya saya bayangkan, bukan sebuah pelabuhan yang dipenuhi dengan nelayan dengan pasar sebagai tempat menjual hasil lautnya. Pelabuhan ini jelas didesain untuk keperluan pariwisata. Terdapat rest area yang berupa bale-bale, dan juga restaurant tempat pertama yang saya tuju ketika sampai disini. Maklum sejak pagi saya belum sarapan, meskipun saya tahu bahwa makan sebelum berenang itu cukup berbahaya namun rasa lapar dan terik matahari mengalahkan logika berpikir saya saat itu.

Lagi-lagi untuk urusan sewa peralatan saya rela membuang sifat malu-malu. Dengan sedikit gaya layaknya seorang makelar saya mencoba menawar harga sewa fins, snorkel, dan kamera under water serendah mungkin. Mempraktekan sentuhan emas ala Bill Clinton saya berhasil menyimpan beberapa puluh ribu untuk tetap berada di kantong. Tidak rugi juga saya kuliah di jurusan Hubungan Internasional, pelajaran diplomasi ala pemimpin dunia ternyata bisa juga diterapkan untuk hal-hal sederhana.

Pelabuhan Banyuwedang
Meniti Perahu

Menjangan milik siapa?


Setelah semuanya siap, ditemani seorang guide kami melaju menuju Pulau Menjangan. Dengan speed boat perjalan hanya memakan waktu kurang dari 30 menit. Kami beruntung hari itu matahari cukup terik dan arus laut relatif lebih tenang. Dalam perjalanan Pak To (ayah Mas Dayat) guide kami bercerita soal status pariwisata di perairan sekitar pulau Menjangan. Dengan logat Bali yang medok Pak To bercerita bahwa yang memiliki hak untuk mengantar wisatawan adalah mereka yang tergabung dalam paguyuban yang terdapat di pelabuhan Banyuwedang. Karena itu di tiket kami terdapat izin aktivitas, asuransi dan lain-lain, hal ini sudah diatur dalam perda pemerintah Bali lanjutnya.

       "Jika tidak ada izin aktivitas ini mas, kita tidak boleh snorkeling di pulau Menjangan. Bahkan terkadang ada razia petugas yang lewat untuk memeriksa kelengkapan izin ini..."

Memang selain dari Banyuwedang ada beberapa tempat yang juga menawarkan paket wisata ke Pulau Menjangan, dari Banyuwangi salah satunya. Entah informasi ini benar atau tidak, saya pun belum pernah mengkonfirmasinya ke dinas terkait. Saya juga tidak pernah membaca hal semacam ini di forum-forum wisata. Yang pasti secara keseluruhan saya merasakan pelayanan yang cukup profesional dari guide-guide pelabuhan Banyuwedang ini.

Profesional, Bagaimana Komunitas Banyuwedang Berusaha Menjaga Kelestarian Alamnya
Tidak lama setelah itu mesin perahu mulai dimatikan tanda bahwa kami sudah sampai di titik pertama. Hutan karang sudah terlihat jelas dibawah permukaan air. Sedikit pengarahan dari Pak To dan pemanasan cukup untuk memacu semangat saya. Kedalaman air dibawah perahu saat itu sekitar 20 meter, meski begitu dasarnya masih terlihat dangkal karena efek pembiasan. Udara panas seakan mendorong saya untuk segera membasahi ubun-ubun kepala yang sudah hangat sejak tadi pagi. Tanpa menunggu yang lain saya segera melompat dari atas perahu, seakan-akan lupa bahwa baru 2 minggu terakhir saya belajar berenang.

bersambung....

BACA JUGA:

0 komentar:

Post a Comment