See My Another Photos In Instagram

Rambut Monte, Telaga di Blitar Yang Instagram-able

rambut monte
Foto: Ema
Akhirnya bisa menulis lagi, setelah lebih dari sebulan berpuasa dan ber “hai-hai” ria dengan keluarga di Ramadhan tahun ini. Sebelumnya kami juga mengucapkan mohon maaf lahir dan batin jika ada kata-kata dalam blog kami yg kurang nyaman dipandang mata. Cerita saya kali ini bolehlah jika disebut sebagai buah tangan dari kampung halaman. Oleh-oleh tidak harus selalu mahal bukan?hehehe...

Ya, beberapa miggu yang lalu saya berkesempatan untuk kembali ke Blitar. Bumi Proklamator tempat Sang Singa Podium, Presiden pertama kita disemayamkan. Hari-hari pertama di Blitar saya habiskan dengan menyapa teman-teman semasa bangku sekolah dulu. Remaja-remaja tanggung yang dulu saya kenal ternyata sudah mulai berubah menjadi seorang dewasa yang mulai penuh dengan pengalaman. Ternyata tidak hanya saya yang haus dengan hal baru. Mereka juga pulang dengan cerita menarik dari tempat rantau masing-masing. Mungkin ini juga yang menjadikan tradisi mudik menarik, saling “pamer” pengalaman..hahahahahha
Obrolan kami pun berlanjut dengan membicarakan tentang wisata di kota Blitar sendiri. Namun saya hanya bisa mendengarkan, karena baru setelah keluar dari SMA dan memilih kuliah di kota yang jauh dari orang tua lah saya mulai mengenal dunia traveling (atau saya lebih suka menyebut jalan-jalan). Sehingga tidak banyak wisata dirumah sendiri yang saya ketahui.

Dari obrolan tersebut munculah nama Rambut Monte, nama tempat yang sebenarnya sudah sering saya dengar dari kecil namun tidak pernah saya ketaui bentuk dan dimana lokasinya. Kawan saya menggambarkan Rambut Monte sebagai sebuah telaga indah dengan air berwarna biru karena ganggang yang dipenuhi ikan-ikan sebesar paha orang dewasa. Tidak hanya itu, kecantikan telaga tersebut masih ditambah dengan berdirinya sebuah gubuk kecil yang menjorok ke tengah danau, dan dihubungkan dengan jembatan bambu yang dianyam.

backpacker blitarSebuah deskripsi yang sangat berbanding terbalik dengan cerita-cerita tentang Rambut Monte yang pernah saya dengar ketika masih kecil. Versi tersebut menyebutkan bahwa Rambut Monte adalah tempat yang angker, mistis, gelap, dan dihuni oleh ikan keramat. Dengan candi dan petilasan di bawah pohon-pohon besar yang menyeramkan. Itulah alasan kenapa dari kecil tidak pernah sekalipun terlintas penasaran untuk mencoba menjelajahi tempat tersebut. Hingga saya dengar sudut lain pada malam itu.

Terletak di Desa Krisik, Kecamatan Gandusari, kurang lebih 30 km dari kota Blitar. Melewati  jalan berkelok yang memotong perkebunan teh. Kurang dari 1 jam saya sudah dapat melihat papan penunjuk ke arah Rambut Monte. Tidak jauh dari jalan raya gerbang masuk wilayah Rambut monte sudah terlihat.

Kesan angker yang sejak dulu ada dibayangan saya segera luntur. Tidak ada pohon besar yang menyeramkan, justru kesan hijau dan rindang yang terasa. Candi yang angker dalam otak saya juga berganti dengan candi terlihat indah dan terawat. Dan pertunjukan utamanya dapat kita temui dengan menuruni beberapa anak tanggai landai. Sebuah danau berair biru dan dikelilingi pohon pinus sejuk.

Menurut warga sekitar Rambut Monte merupakan petilasan peninggalan kerajaan Majapahit. Dan hingga sekarang pada hari-hari tertentu masih banyak warga yang sering menggunakan situs ini sebagai tempat semedi. Kisah tentang ikan keramat yang hidup di danau Rambut monte juga memberikan warna lain di situs wisata sejarah ini. Konon ikan sejenis wader atau Labeobarbus Siamensis tersebut merupakan jelmaan dari murid Mbah Monte yang dikutuk karena tidak mematuhi arahan dari gurunya. Masyarakat sekitar percaya bahwa ikan tersebut adalah ikan keramat yang tidak boleh ditangkap apalagi dikonsumsi. Meskipun begitu, menurut keterangan juru kunci, jumlah ikan di Rambut Monte tidak pernah berkurang ataupun bertambah. Kearifan lokal yang tentunya mampu ikut serta menjaga kelestarian tempat bersejarah ini.

rambut monte
Foto: Retno
Ngabuburit dibawah bayang-bayang pohon berusia ratusan tahun dan udara sejuk khas perbukitan memang ampuh untuk membunuh waktu. Tempat indah tanpa filter Instagram, begitu celetuk salah satu pengunjung saat berburu foto di pinggir danau. Bagaimana mungkin saya harus menjelajah seluruh tempat eksotis di dunia ini, sebelum saya mengenal rumah saya sendiri. 

0 komentar:

Post a Comment